Senin, 09 Agustus 2010

Jika Itu Yang Terbaik

Hari ini cuaca cukup cerah. Banyak orang berwisata ke Flower Land di Italia. Salah satunya adalah Marisya dan Queela, mereka adalah dua orang sahabat sejati. Mereka bersahabat dari kelas 1 SD, sampai sekarang. Sekarang mereka berdua duduk di kelas 6 SD. Ayah dan ibu mereka berdua sudah saling kenal mengenal. Mereka berdua memakai liontin bergambar bulan sabit sebagai lambang persahabatan mereka.

Pagi hari telah tiba, Marisya segera bangun dari tidur nyenyaknya. Ia membuka jendela kamarnya. Angin berhembus kencang menerpa wajahnya. “Indah sekali pagi ini.” Ujar Marisya dalam hati sambil memandangi alam sekitar dari jendela kamarnya. Begitu juga dengan Queela. Bangun tidur, ia membasuh mukanya dengan air, lalu ia menaruh teropong di depan jendela kamarnya. Ia melihat pemandangan di pagi hari menggunakan teropong peninggalan almarhum kakek tercintanya. Setelah itu, mereka berdua segera mandi dan berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah, mereka berdua selalu bersama. Mulai dari duduk, jajan, dan lain sebagainya. Ternyata hari ini tidak belajar karena para dewan guru akan ada rapat.

Marisya dan Queela pulang ke rumah masing-masing. “ Queela, ayah ada tugas di Jerman, jadi untuk beberapa bulan ini, kita harus tinggal di sana.” Ujar ibu Queela. Queela sangat sedih mendengar hal itu. Ia sangat sedih kalau tersipah dengan sahabatnya. “ Bu, Queela tidak bisa berpisah dengan Marisya. Aku ingin bersama Marisya.” Ujar Queela sedih. “ Ibu mengerti. Kalian sudah lama bersahabat. Tapi, tugas ini tidak bisa ditinggalkan.” Ujar ibu Queela. Queela langsung berlari menuju kamarnya dengan air mata membasahi pipinya. “ Ya tuhan, apa yang harus saya perbuat. Pasti Marisya sedih akan hal ini.” Ujar Queela dalam hati. Lalu, ia menuliskan surat untuk Marisya.


Kepada Sahabatku Marisya,

Marisya, pasti kamu sedih mendengar hal ini, maafkan aku sebelumnya. Ayahku ada tugas di Jerman, oleh sebab itu aku dan keluargaku akan tinggal di Jerman entah berapa lamanya. Awalnya aku menolak ajakan tersebut karena aku tidak ingin berpisah denganmu. Tetapi, ibuku mendesakku supaya tinggal di Jerman. Aku tidak tahu harus bagaimana lagi. Aku akan Take Off malam ini. Aku janji, di Jerman nanti, aku akan selalu mengirim surat untukmu. Doakan aku ya sahabat! Sekian surat dari aku. Sekali lagi aku minta maaf................................... Salam manies,
Queela






Ketika surat itu dibaca oleh Marisya, ia langsung menangis sedih sekali. Lalu, Marisya membalas surat dari Queela.



Kepada sahabatku Queela

Queela, aku sedih akan hal ini. Sama sepertimu. Tapi tak apalah, aku akan relakan kamu pergi ke Jerman. Aku juga akan selalu membalas surat dari kamu. Queela, lambang persahabatan kita jangan dihilangkan ya! Nanti sore aku akan kerumahmu untuk memberimu suatu kenang-kenangan dari aku. Mudah-mudahan benda itu bisa bermanfaat bagi kamu untuk selalu mengingat aqu. Jaga diri baik-baik ya!


Salam manies,
Marisya






Queela merasa bersalah kepada Marisya, karena ia akan pergi meninggalkan Marisya. “ Tok...tok...tok...” Terdengar suara orang mengetuk pintu rumah Queela. Queela segera membuka pintu rumahnya. Ternyata tamunya adalah Marisya. Queela langsung memeluk dan mempersilahkan masuk Marisya. “ Marisya, maafin aku...” Ujar Queela sedih. “ Tidak apa-apa Queel, karena ini adalah yang terbaik.” Ujar Marisya. “ Tapi... aku tidak mau berpisah denganmu.” Ujar Queela lagi. “ Queela, kemaskan barang-barangmu. Kita akan take off nanti malam.” Ujar ibu Qeela. “ Ayo Queel. Ini demi kebaikan kamu.” Ujar Marisya. Queela segera berkemas-kemas untuk berangkat ke Jerman nanti malam.

Malam telah tiba, Queela beserta ayah dan ibunya akan berangkat ke Jerman. “ Queel, aku akan kasih bintang perak ini ke kamu sebagai kenang-kenangan.” Ujar Marisya. “ Terimakasih ya!” Ujar Queela sambil memeluk erat Marisya. “ Good bye Queela. Semoga prjalananmu menyenangkan.” Ujar Marisya lagi. Mereka berdua saling melambaikan tangannya.

Esok harinya, Marisya merasa kesepian. Biasanya, jika ia merasa kesepian, ia bermain dengan Queela. Tetapi sekarang, Queela sudah pergi jauh meninggalkannya. Begitu juga dengan Queela. Ia juga merasa sangat kesepian karena ia belum mempunyai teman di Jerman. Queela juga hanya tinggal bersama ibunya di Jerman, karena ayahnya bekerja di kota yang berbeda tempat dengan tempat tinggal Queela. Ia baru ingat kalau berjanji akan selalu mengirim surat untuk Marisya. Tetapi sekarang Queela tidak tahu di mana letak kantor pos terdekat, begitu juga dengan ibunya. Akhirnya Queela hanya menelphone Marisya lewat handphone miliknya.
“ Halo... apakah ini Marisya?”
“ Betul. Kamu siapa?
“ Aku Queela, sahabat kamu.”
“ Ya ampun Queela...”
“ Maaf nih, aku belum bisa mengirim surat untukmu.”
“ Tidak masalah, yang penting kamu masih ingat aku.”
“ Ya pastinya aku selalu ingat kamu. Marisya sudah dulu ya! Da...”
Begitulah pembicaraan Marisya dan Queela melalui handphone.
“ Queela, nanti sore ayah akan mengantarkan kita jalan-jalan.” Ujar ibu Queela sambil duduk di sebelah anaknya. “ Asyikkk... Tapi, aku boleh mengirim surat untuk Marisya ya!” Pekik Queela girang. Ia pun segera masuk ke kamarnya, dan segera menulis surat.


Kepada:
Ellensy Marisya
Roma Street, Roma, Italy
Jerman, 22 October 2009

Marisya, apa kabarmu di Italy? Semoga baik-baik saja. Aku di Jerman merasa sangat kesepian. Di rumah, aku hanya tinggal bersama ibuku saja karena ayahku bekerja di kota yang berbeda. Di sini aku juga belum mempunyai teman. Marisya, mudah-mudahan aku tinggal di Jerman hanya sebentar ya! Aku ingin sekali kembali ke Italy. Oh iya, nanti aku bawakan oleh-oleh untuk kamu dech. Balas ya surat dari aku. Sekian dahulu. Byeeee.................

Salam manies,
Jessica Queela



Akhirnya surat itu sampai juga di tangan Marisya. Ia pun langsung membacanya, dan tak lupa membalas surat dari Queela.


Kepada:
Jessica Queela
King City, Berlin, Jerman
Italy, 27 October 2009

Kabarku baik-baik saja. Kamu kesepian ya? Sama seperti aku. Aku juga kesepian. Tetapi besok, saudara sepupuku yang bernama Eryca, Clara, Zhafira, dan Veeqa akan berkunjung ke rumahku bahkan akan menginap satu minggu di rumahku. Queel, kalau kamu sudah punya teman baru beri tahu aku ya! Kenalkan dia padaku. Sekian dulu ya.... “ MMMMUUUAAACCHH”


Salam Manies,
Ellensy Marisya


Queela juga sudah membaca surat dari Marisya. Ia senang sekali karena suratnya dibalas oleh sahabatnya, Marisya.

Sudah hampir tiga hari Queela berada di Jerman, tetapi ia belum juga mendapat teman. Suatu hari, Queela duduk di halaman rumahnya. Lalu, ada seorang perempuan sebayanya menghampirinya, perempuan itu bernama Claudya Monthanna. “Hay, my name is Claudya Monthanna. You can call me Claudya. I live at behind your home.” Ujarnya menggunakan bahasa Inggris.
“ Oh... Claudya, my name is Jessica Queela.” Balas Queela meggunakan bahasa Inggris yang sangat lancar. “ Queela, please play in my home.” Claudya memohon. “ Okay...You have Barbie doll?” Tanya Queela. “ Yes, i have many Barbie dolls.” Jawab Claudya sambil tersenyum sangat senang. “ Owh... You can speak Indonesia?” Queela bertanya. “ Mmmm... Yes, i can speak Indonesia because two years ago, me and my family live in Indonesia.” Jawabnya. “ Okay...... ayo kita pergi ke rumahmu.” Kata Queela menggunakan bahasa Indonesia. “ Okay... ayo...” Claudya berkata menggunakan bahasa Indonesia yang masih belum lancar. Akhirnya mereka menjadi teman akrab.

Seminggu sudah berlalu. Queela sudah tidak merasa kesepian lagi karena sudah mempunyai teman yang bernama Claudya. Tetapi, ia begitu saja melupakan Marisya. Sekarang Queela tidak pernah lagi mengirim surat untuk Marisya, ia juga melepas lambang persahabatannya dengan Marisya yang berupa liontin. Marisya juga sedih akan hal ini. Ia berkali-kali mencoba menghubungi Marisya namun tak diangkat. Queela sudah benar-benar berubah. Ia mengingkari janjinya kepada Marisya. “ Jika ini yang terbaik.... Aku akan lepaskan Queela untukmu...” Ungkap Marisya sedih. Kini Marisya hanya bisa memandangi sejumlah foto persahabatannya dengan Queela. Jika itu yang terbaik untukmu, Queela....

TAMAT

Kamis, 05 Agustus 2010

A Mirror

Senja kini telah berubah menjadi malam yang gemerlap. Tak ada keramaian apapun di sana. Hanya ada obor-obor menyala di setiap rumah warga. Di salah satu rumah, terdapat seorang remaja bernama Callista. Dia duduk termenung sendirian. Ia melamun sambil meraba wajahnya yang semakin hari semakin buruk rupa. Hal ini disebabkan karena ia memakai kosmetik untuk dewasa.
Hari kian malam. Tetap saja Callista tak bisa tidur memikirkan wajah buruk rupanya. "Pasti esok aku akan dikucilkan teman-temanku jika wajahku seperti ini." Ujar Callista sambil menangis tersedu. Ia takut kalau teman teman bahkan sahabatnya akan menjauhinya. Callista sudah kehabisan akal untuk menyembuhkan buruk rupa di wajahnya. Ia sudah ke dokter berulang kali, sampai uang orangtuanya habis. Tetapi hasilnya juga nihil. Sekarang Callista hanya bisa berdoa dan pasrah kepada Tuhan atas wajah buruk rupanya itu. Ibundanya kini sedang sakit parah, dan ayahnya bersusah payah menjadi kuli angkut untuk menghidupi keluarga yang serba pas-pasan itu.
Esok pagi teah tiba. Callista bangun dengan mata lebam, karena menangis semalam. Ia segera mandi dan berganti pakaian untuk bersekolah. Ia kembali mengeluh tentang wajahnya. Callista sebenarnya ingin memakai cadar ke sekolahnya. Tetapi mana mungkin ia sempat menjahitnya dalam tempo 15 menit. Air matanya menetes lagi. Ia membuka pintu kamar secara perlahan. Tiba-tiba, ada yang memegang pundaknya. "Jangan menangis anakku. Ini, bunda beri sebuah cermin ajaib yang dapat menyembuhkan buruk rupamu." Callista lalu menoleh ke belakang. Dilihatnya seorang peri cantik yang memberinya cermin ajaib. Ketika Callista ingin mengucap terimakasih kepadanya, peri cantik itu langsung menghilang. Callista langsung bercermin pada cermin itu. Dan... keajaiban terjadi. Callista kembali menjadi putri yang sangat cantik dan tidak buruk rupa seperti dahulu lagi. Callista sangat senang akan hal ini. Ternyata benar, Tuhan pasti selalu membantu manusia yang sedang kesusahan. Mulai saat itu, Callista berjilbab dan selalu berdoa disertai usaha saat ada kesusahan.

Jumat, 10 April 2009

Aku Sallma

Hay namaku Sallma Salsabilla Mulyasyah, panggil saja Sallma atau Billa. Aku duduk di kelas 4 SDN Tebat Barat 05 Pg. Aku tinggal di Tebet Barat bersama orangtuaku dan seorang adik laki-laki. Aku mempunyai banyak teman, baik di SD, di tempat ngajiku, dan di LBPP Lia. Hobiku mengarang, membaca, dan menulis.